Tadi malam saya memberikan tausiyah singkat di sebuah rumah duka. Saya memulainya dengan melontarkan
pertanyaan: “Bapak Ibu yang saya hormati… ada berapa amalan yang pahalanya
terus mengalir?”. Sebagian kecil hadirin menjawab “tiga”. Yang lain beku,
rupanya enggan menjawab pertanyaan mudah ini.
Untuk memancing semua hadirin buka
mulut, saya melanjutkan pertanyaan dengan full power.
“Baik, jadi amalan yang pahalanya
terus mengalir ada tiii…….?”
“Gaaa……” Kali ini seluruh hadirn kompak menjawabnya. Ini yang disebut dengan simple ice breaker, cara paling mudah untuk memecah kebekuan.
“Gaaa……” Kali ini seluruh hadirn kompak menjawabnya. Ini yang disebut dengan simple ice breaker, cara paling mudah untuk memecah kebekuan.
Tapi saya segera menimpalinya dengan
mengatakan:
“Tiiigaaa raaatuuus….!!!”
“Tiiigaaa raaatuuus….!!!”
Hah…! Semua hadirin kaget
mendengarnya…. Ada juga yang bingung bin bengong. Bahkan ada yang berteriak
“Kok tiga ratus!?”
Kemudian saya perkuat dengan
penegasan repetisi.
“Amalan yang pahalanya terus mengalir ada tiga ratus…, bukan hanya tiga, Bu…”
“Amalan yang pahalanya terus mengalir bukan hanya tiga…, tapi tiga ratus, Pak…. Bahkan lebih!”
“Amalan yang pahalanya terus mengalir ada tiga ratus…, bukan hanya tiga, Bu…”
“Amalan yang pahalanya terus mengalir bukan hanya tiga…, tapi tiga ratus, Pak…. Bahkan lebih!”
Hadirin semakin bengong…
“Sekarang mari kita hitung .. yang
pertama adalah shadaqah jariyah, yang kedua….?” Saya pancing pertanyaan agar
suasana tausiyah lebih hidup.
“Ilmu yang bermanfaat” Jawab
hadirin.
“Yang ketiga…?” Saya bertanya lagi.
“Anak shaleh yang mendoakan” Hadirin meneruskan.
“Yang keempat…?” Saya diam sejenak untuk membuat tausiyah makin diminati.
Seperti dugaan saya, tak seorangpun dapat menjawabnya. Anda juga? He he …
Semua trik di atas memang sengaja saya lakukan untuk menciptakan presentasi menarik.
“Yang ketiga…?” Saya bertanya lagi.
“Anak shaleh yang mendoakan” Hadirin meneruskan.
“Yang keempat…?” Saya diam sejenak untuk membuat tausiyah makin diminati.
Seperti dugaan saya, tak seorangpun dapat menjawabnya. Anda juga? He he …
Semua trik di atas memang sengaja saya lakukan untuk menciptakan presentasi menarik.
Terbukti: sampai di sini seluruh
hadirin pasang telinga, tak ada yang ngobrol dewek-dewek. Sangat
antusias mengikuti tausiyah yang bikin penasaran itu.
Lanjut ya, cerita tausiyahnya…
“Yang keempat sampai ketiga ratus,
ini berdasarkan sebuah hadits Nabi yang berbunyi: Ketika seorang hamba
sedang sakit atau bepergian, maka baginya ditulis seperti amal yang
dikerjakannya ketika dia mukim dan sehat (HR Bukhari).
Jadi seandainya kita setiap hari baca Al Quran,
kemudian kita sakit sehingga tidak bisa membacanya, maka pahala baca Al Quran
akan terus kita dapatkan.
Demikian juga jika kita rutin puasa sunnah, puasa Senin Kamis, puasa mutih (ayyamul bidh tgl 13, 14, 15 bulan Hijriah), shalat berjamaah di masjid, dll. Jika kita sakit, baik sebentar atau sakit yang bertahun-tahun, maka pahala amalan-amalan tersebut akan terus mengalir walaupun kita tidak mengerjakannya.
Demikian juga jika kita rutin puasa sunnah, puasa Senin Kamis, puasa mutih (ayyamul bidh tgl 13, 14, 15 bulan Hijriah), shalat berjamaah di masjid, dll. Jika kita sakit, baik sebentar atau sakit yang bertahun-tahun, maka pahala amalan-amalan tersebut akan terus mengalir walaupun kita tidak mengerjakannya.
Termasuk jika kita setiap hari pergi
dengan membaca doa Bismillahi tawakkaltu alallah laa haulaa walaa quwwata
illa billaahil aliyil adhiim. Lalu kita sakit dan tidak bisa bepergian
dengan doa harian
tersebut, maka pahala amal itupun akan tetap mengalir walaupun kita tidak
mengerjakannya.
Nah, baru apabila seseorang
meninggal maka terputuslah seluruh amalnya yang 297 itu, sisanya tinggal tiga
hal yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang
mendoakan. Sesuai hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim.
Hadirin yang berbahagia, tentu kita
sering melihat orang-orang yang sakit berkepanjangan. Sakit bertahun-tahun,
bahkan berpuluh-puluh tahun. Betapa ruginya mereka jika semasa sehatnya tidak
memiliki amal-amal rutin. Bagaimana jika hal ini menimpa diri kita sendiri?”
Oleh karena itu, mari kita perbanyak
amalan-amalan rutin. Karena pahalanya terus mengalir walaupun kita tidak
mengerjakannya karena sakit atau safar.” ***
Bagi yang masih sehat, jangan lupa
share Blog Artikel Islami ini secara rutin yah…
Untuk
input kami, jika anda suka artikel ini : Klik 'Like'
Dan jika ingin ikut berbagi ke teman : Klik t / f / M
Dan jika ingin ikut berbagi ke teman : Klik t / f / M
Di publikasikan oleh : Masnawibalam
BDL27082013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar