Jumat, 22 Maret 2013

Gerakan-gerakan yang lain ketika berzikir.



IMAM YUSUF AL-QARADHAWI BERGOYANG2 SAMBIL MENGGERAK2KAN TONGKATNYA TATKALA BERQASIDAH BERAMAI-RAMAI

Berdiri, bergoyang kiri dan kanan, depan dan belakang, lompat-lompat, berputar seperti kipas, berpegangan tangan sambil mengayunkannya, membuat barisan, membuat lingkaran… atau gerakan-gerakan yang lain ketika berzikir. Adalah perbuatan yang tidak terlarang selama tidak bermaksud main-main, sebab ibadah zikir adalah ibadah yang mutlak… bukan muqayyad… bebas dilakukan dengan cara apapun, baik secara berdiri, duduk, berbaring, menggunakan alat tasbeh, menggunakan batu-batu, jari-jari tangan, secara sir, secara jahr, memakai pembesar suara, berdiam seperti patung, bergoyang kiri dan kanan, dan seterusnya. Sebab Allah dan Rasul-Nya tidak pernah menentukan (mentaqyid) cara berzikir.

Bergoyang kiri dan kanan, depan dan belakang saat menikmati zikir adalah naluri… kita lihat saja anak-anak yang sedang membaca al-Qur’an… jika bergoyang sambil baca Qur’an boleh-boleh saja dan tidak dipermasalahkan, mengapa justru sambil berzikir dianggap haram dan bid’ah? jika bergoyang ketika duduk boleh, mengapa ketika berdiri menjadi tidak boleh? bukankah “Qiyaman wa qu’udan wa ala junubikum” ???

Bila kita seleksi dengan kaca mata syari’ah, akan kita temukan bahwa zikir sambil bergoyang adalah halal, sebagaimana nasi adalah halal, bila dicampur dengan air, tetap halal… dicampur dengan garam, tetap halal… karena semua campurannya halal… beda halnya bila dicampur dengan khamr, tentu berubah menjadi haram.

Suatu makanan yang halal (ayam misalnya) tetap menjadi halal walau dimasak dengan cara apapun, digoreng, dipanggang, direbus, dimakan di lokalisasi dan seterusnya (selama tidak dicampur dengan yang haram)… Sementara makanan yang haram (babi misalnya) tetap haram walau dimakan di ka’bah, direbus dengan air zam-zam, disembelih secara syar’i dan seterusnya.

Zikir adalah halal, dan merupakan ibadah yang mutlak… dengan demikian maka metode pelaksanaannya tetap halal dengan cara apapun, berdiri, duduk, berbaring, tutup mata, buka mata, bergoyang, diam seperti patung dan seterusnya.

Zikir adalah halal… Berdiri hukumnya halal… Bergoyang kiri dan kanan hukumnya boleh-boleh saja (selama tidak bermaksud main-main atau melampau seperti goyang si Inul)… Tutup mata hukumnya boleh… matikan lampu hukumnya boleh… membuat barisan atau lingkaran… berpegangan tangan atau tidak… semuanya boleh… lalu dari mana datangnya keharaman itu? apakah karena tidak dilakukan oleh Rasul? bukannya bid’ah itu adalah :

إطلاق ما قيده الله ورسوله أو تقييد ما أطلقه الله ورسوله

“Memutlakkan yang sudah ditaqyid oleh Allah dan Rasul-Nya atau mentaqyid yang sudah dimutlakkan oleh Allah dan Rasul-Nya”… itulah definisi bid’ah yang sesat

Muqayyad artinya yang sudah ditentukan caranya oleh syara’… Mutlak artinya tidak ditentukan caranya oleh syara’ (bebas)… Ibadah muqayyad seperti solat, puasa, haji, dll. bila dimutlakkan (dilakukan semau gue)… solat subuh 4 rakaat… solat asar tiga rakaat… membelakangi kiblat… puasa pada bulan Rajab sebagai pengganti Ramadan… haji di luar Mekah… adalah bid’ah !!

Ibadah mutlak seperti zikir, sedekah, dll. bila dibatas-batasi (ditaqyid)… zikir harus duduk… harus menggunakan tangan… harus secara sir… harus sendiri-sendiri… tidak boleh menggunakan tasbeh… tidak boleh berjamaah… sedekah harus dengan uang… tidak boleh dengan mobil… tidak boleh dengan komputer… maka itulah bid’ah…
karena Allah dan Rasul-Nya tidak pernah membatas-batasi caranya, sebagaimana solat, puasa, haji, dll.

Rasul sudah memerintah… semua perintah harus dilaksanakan semampunya… Rasul sudah melarang… semua larangan harus ditinggalkan… Bila tidak ada perintah ataupun larangan maka hukumnya mubah… boleh-boleh saja… selama lepas dari definisi bid’ah di atas… yang sudah muqayyad jangan dimutlakkan… yang mutlak jangan sampai ditaqyid !!

Setiap hal baru disebut Muhdatsah… bila hal baru itu diterima orang saat itu maka disebut Bid’ah… bila kemudian menjadi tradisi dan dipakai atau dilakukan terus-menerus pada zaman-zaman berikutnya maka disebut Sunnah.

Muhdatsah, bid’ah ataupun sunnah itu… bila ternyata menentang syari’at maka menjadi Sayyi’ah… dan bila tidak menentang… tidak mentaqyid yang mutlak atau memutlakkan yang muqayyad, maka disebut Hasanah.

Rasulullah saw. bersabda :

" من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد "

“Barang siapa mendatangkan hal baru dalam urusan agama, yang bukan bersumber darinya, maka… ditolak”. Hadits ini berarti :

من أحدث في أمرنا هذا ما هو منه فهو ليس برد

Barang siapa mendatangkan hal baru dalam urusan agama, yang bersumber darinya, maka… tidak ditolak !!

Tidak bersumber darinya disebut Bid’ah Sayyi’ah… karena menentang ketetapan agama… memutlakkan yang muqayyad atau mentaqyid yang mutlak.

Bersumber darinya (ada landasannya) disebut Bid’ah Hasanah… karena tidak kontra dengan ketetapan agama… tidak memutlakkan yang muqayyad dan tidak mentaqyid yang mutlak.

Rasulullah saw. bersabda :

" من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة دون أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها إلى يوم القيامة دون أن ينقص من أوزارهم شيء "

Imam Syafi’i ra. berkata :

ما أحدث وخالف كتابا أو سنة أو إجماعا أو أثرا فهو البدعة الضالة، وما أحدث من الخير ولم يخالف شيئا من ذلك فهو المحمود

Dua definisi bid’ah yang lain adalah :

الخيرة بعد حكم الله ورسوله ..... الإجتهاد فيما ورد فيه نص

Sebuah ungkapan yang sering dilantunkan oleh mereka yang sok faham agama… “Apa yang dilakukan oleh Rasul sudah cukup bagi kami” !! Kita jawab: Memang agama islam sudah sempurna dan komplit… yang halal sudah jelas... yang haram pun sudah jelas… semua sudah tetap… akan tetapi jangan lupa… yang muqayyad tetap muqayyad dan yang mutlak tetap mutlak !! Apa yang diperintah oleh Rasul, kita lakukuan… Apa yang dilarang, kita tinggalkan… Apa yang tidak dilarang, janganlah kita yang melarang… baik beliau sudah melakukannya atau belum… Bila tidak ada larangan tegas dari Nabi, mengapa justru kita yang menjadi nabi berikutnya? melarang seenaknya.. mengharamkan segalanya !! Allah berfirman :

" وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا "

“Apa yang dibawa (diperintah) oleh Rasul maka laksanakanlah.. dan apa yang dilarang oleh beliau maka tinggalkanlah” …. Apa yang dilarang… bukan apa yang tidak pernah diperintahkan… atau tidak pernah dilakukan… Jadi harus ada nash yang dengan tegas melarang baru boleh dikatakan haram !!

Ingat kaidah ushul fiqh :

الأصل في الأشياء الإباحة حتى يأتي نص للنهي

Para sahabat saja yang jauh lebih mulia dari mereka (yang sok faham agama itu) tidak pernah mengatakan: “Cukup bagi kami yang sudah dilakukan oleh Rasul saja”… Para sahabat tidak sebeku dan sekolot mereka… Betapa banyak perbuatan para sahabat yang tidak pernah dilakukan oleh Rasul… membukukan al-Qur’an… membuat mihrab… membukukan Sunnah… membuat menara… solat teraweh 20 rakaat… dan seterusnya… Tidak ada satupun yang menentang !!

Dr. Ali Jum’ah sebagai mufti Mesir pernah ditanya :

يستدل كثير من المتشددين على عدم جواز أمور كثيرة يقوم بها المسلمون بحجة أن النبي صلى الله عليه وسلم لم يفعلها وأصحابه رضي الله عنه، فهل ترك النبي وأصحابه لأمر يدل على عدم جواز فعله ؟

Beliau menjawab sebagai berikut :

اتفق علماء المسلمين سلفا وخلفا وشرقا وغربا على أن الترك ليس مسلكا للإستدلال بمفرده فلا يفيد بمفرده حكما شرعيا، وهذا محل اتفاق بين المسلمين، وهناك شواهد وآثار على أن الصحابة لم يفهموا التحريم ولا حتى الكراهة من ترك النبي صلى الله عليه وسلم، وذلك ما فهمه الفقهاء عبر العصور . فمطلق الترك من الرسول والصحابة وحتى القرون الثلاثة الخيرية لا يفيد شيئا لا تحريما ولا كراهة ولا غيرهما، وهذا ما فهمه الصحابة في حياته ولم ينكر عليهم فهمهم، وفهمه العلماء من بعدهم

Kembali ke masalah bergoyang saat berzikir… Apakah dengan cara zikir hadrah sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sufi itu tidak merupakan telah mentaqyid kemutlakan zikir itu sendiri? sementara zikir itu kan mutlak, lalu mengapa harus seperti yang digagas oleh kaum sufi? berdiri, bergoyang, tutup mata, menghadirkan wajah syekh dan seterusnya?

Sebuah tradisi tidak selamanya menentang tradisi atau tata cara yang lain… Hadrah merupakan tradisi kaum tarekat sufi dalam berzikir… berangkat dari kemutlakannya maka boleh-boleh saja… dan yang pasti, kaum sufi itu sendiri tidak pernah menyalahkan metode-metode berzikir yang lain, sebab mereka telah memahami kemutlakan zikir tersebut.

Di sebuah desa tertentu misalnya, ayam biasa digoreng atau dipanggang sebelum dimakan, metode masak seperti itu sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat desa itu… namun bukan berarti mereka menyalahkan atau menentang bila ayam tersebut direbus oleh masyarakat desa yang lain… sebab mereka semua tahu kalau masak ayam itu mutlak (bebas) dengan cara apapun sesuai selera dan tradisi.

Kami sufi tidak pernah mentaqyid yang mutlak (zikir)… namun sebatas mentradisikan sebuah metode yang diyakini manjur untuk mengobati dan menenangkan jiwa, tanpa menyalahkan metode-metode yang lain.

Lagi pula, mengikuti jejak kaum sufi adalah merupakan seruan dari Allah swt. dalam firman-Nya :

" أولئك الذين هدى الله فبهداهم اقتده "

Tentunya kaum sufi (para Auliya’) adalah orang-orang yeng telah mendapatkan petunjuk dari Allah swt.

Oleh sebagian pihak, bergoyang ketika berzikir disebut juga dengan Raqsh (joget / dansa / tarian) hanya saja lebih pas dinamakan dengan Tamayul atau Harakah. Namun intinya boleh-boleh saja selama tidak berlebihan dan tidak bermaksud main-main. Kalaupun dinamakan Raqsh, boleh-boleh saja sebab joget juga tidak selamanya buruk. Dalam kitab Assirah Annabawiyyah, Syekh Ahmad Zaini Dahlan mengatakan :

وبعد فتح خيبر قدم من الحبشة جعفر بن أبي طالب رضي الله عنه ومن معه من المسلمين وهم ستة عشر رجلا فتلقى النبي صلى الله عليه وسلم جعفر وقبل جبهته وعانقه وقام له وقد قام لصفوان بن أمية لما قدم عليه ولعدي بن حاتم رضي الله عنهما ثم قال صلى الله عليه وسلم : " ما أدري بأيهما أفرح بفتح خيبر أم بقدوم جعفر ؟ " وقال صلى الله عليه وسلم لجعفر : " أشبهت خلقي وخلقي " فرقص رضي الله عنه من لذة هذا الخطاب فلم ينكر عليه صلى الله عليه وسلم رقصه وجعل ذلك أصلا لرقص الصوفية عندما يجدون من لذة المواجيد في مجالس الذكر والسماع

Al-Qadli Iyadl berkata (mengomentari riwayat di atas) :

فيه أقوى دليل على إباحة الرقص

Beliau juga menjelaskan sebagai berikut :

إن الرقص الذي أثبته الصوفية ليس قصدهم منه اللهو وحاشاهم من قصد ذلك وإنما قصدهم به الإجتماع على الذكر والإقبال عليه بالقلب والقالب واستغراق الجوارح كلها فيه

Imam Ghazali pun pernah mengatakan :

الرقص سبب في تحريك السرور والنشاط

Imam Ibnu Hajar ra. pernah ditanya tentang Raqshushshufiyyah (joget sufi), beliau menajwab :

نعم يجوز الرقص بدليل فعل الحبشة في المسجد بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان رقصهم بالوثبات والوجد، وإنشاد الشعر جائز بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم وأصل هذه الطرائق من الكتاب والسنة الحاثين على كثرة ذكر الله والإجتماع على محبة الله، أما سب المشايخ وتكفيرهم فكفر شرعاً بلا خلاف

Syekh al-Ketani mengatakan :

غاية الرقص عند القوم ذكر من قيام وهو مشروع بنص القرآن الكريم، والتمايل والإهتزاز منقول عن الصحابة

Syekh Assanusi mengatakan :

وقد تواتر النقل عن الصوفية قديما وحديثا شرقا وغربا أنهم كانوا يجتمعون لذكر الله ويقومون ويرقصون ولم يبلغنا عن أحد من العلماء المعتبرين أنه أنكر عليهم، وقد رأيت بفاس بزاوية الصقليين جماعة يذكرون ويرقصون من صلاة العصر يوم الجمعة إلى المغرب مع توفر العلماء فلم ينكر أحد عليهم، وقد بلغني أن شيخنا شيخ الجماعة سيدي التاودي بن سودة كان يحضر معهم في بعض الأحيان

Syekh Amin al-Kurdi menagtakan :

وارد يرد على القلب من كشف أسرار الذات وأنوارها فيدهش الروح أو يظهر ذلك على الجوارح فيهتز الرأس والبدن

Syekh Ibnu Arabi ra. mengatakan :

إذا هزت الأرواح شوقا إلى اللقا # نعم ترقص الأشباح يا جاهل المعنى

Dr. Sa’id Abul-As’ad mengatakan dalam kitabnya Subulul-Khairat :

وإظهار السرور بالشعر والنغمات والرقص والحركات أيضا محمود، فقد صح عن جماعة من الصحابة رضي الله عنهم أنهم حجلوا في سرور أصابهم

Dalam kitab Awariful-Ma’arif oleh Syekh Assahrawardi ra. diriwayatkan sebagai berikut :

أن سيدنا أنس رضي الله عنه قال : كنا عند رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا نزل جبريل عليه السلام فقال : يا رسول الله إن فقراء أمتك يدخلون الجنة قبل الأغنياء بنصف يوم وهو خمسمائة عام، ففرح رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال : " هل فيكم من ينشدنا ؟ " فقال بدوي : نعم يا رسول الله، قال : " هات " فأنشد الأعرابي، فتواجد الرسول صلى الله عليه وسلم وتواجد الأصحاب معه حتى سقط ردائه عن منكبيه فلما فرغوا آوى كل واحد منهم عن مكانه، قال معاوية بن أبي سفيان : ما أحسن لعبكم يا رسول الله، فقال : " مه يا معاوية ليس بكريم من لم يهتز عند سماع ذكر الحبيب "

Terkadang juga seorang pezikir karena terlalu menikmati zikirnya akhirnya lepas kontrol dan ngamuk tanpa disengaja… dalam kitab Mausu’ah Yusufiyyah, Syekh Yusuf Khaththar Muhammad mengatakan :

إن صاحب خشوع القلب والوجد بذكر الله تعالى قد يغيب عقله عن احترام الناس واعتبار أهل المجلس فيقوم ويقعد ويدور ويتواجد وربما يسقط على الأرض على حسب قوة استعداده لتحمل الواردات الإلهية عليه، ولا يجوز سوء الظن به " فويل للقاسية قلوبهم من ذكر الله أولئك في ضلال مبين "

Dalam kitab Al-Bidayah wannihayah diriwayatkan bahwa Saidina Abu Arakah berkata :

صليت مع علي صلاة الفجر فلما انفتل عن يمينه مكث كأن عليه كآبة حتى إذا كانت الشمس على حائط المسجد قيد رمح صلى ركعتين ثم قلب يده فقال : والله لقد رأيت أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم فما أرى اليوم شيئا يشبههم لقد كانوا يصبحون صفرا شعثا غبرا بين أيديهم كأمثال ركب المعزى قد باتوا لله سجدا وقياما يتلون كتاب الله يتراوحون بين جباههم وأقدامهم فإذا أصبحوا ذكروا الله مادوا كما يميد الشجر في يوم الريح وهملت أعينهم حتى تنبل والله ثيابهم

Dalam kitab Haqa’iq Anittashawwuf, Syekh Abdul-Qadir Isa mengatakan :

يقول الله تبارك وتعالى : " الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم " فالأمر بالذكر مطلق يشمل جميع الأحوال فمن ذكر الله تعالى قاعدا أو قائما، جالسا أو ماشيا، متحركا أو ساكنا فقد قام بالمطلوب ونفذ الأمر الإلهي . فالحركة أو الرقص في الذكر ليست شرطا ولكنها قد تكون وسيلة للنشاط في تلك العبادة وتشبه بأهل الوجد إن صحت النية

Syekh Muhammad Mitwalli Asysya’rawi seorang tokoh agama yang sangat populer asal Mesir pernah mengatakan :

لا مانع في التمايل أثناء الذكر إذا كان هذا التمايل نتيجة لغلبة الوجد عليه أما إذا كان هذا التمايل مفتعلا فهذا لا يليق، والذكر جائز على أي حال ولا ريب أن في الذكر راحة نفسية وهدوءا للأعصاب وعلى كل حال .. فالذاكرون - وإن تمايلوا - فهم خير من الذين يتمايلون في حانات الرقص ونحوها

Dalam kitab Majma’uzzawa’id, diriwayatkan bahwa Saidina Abdullah bin Uqbah berkata :

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يتمايلون في الذكر كما تمايل الريح الأشجار

Berkata pula Al-Fudlail bin Iyadl :

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا ذكروا الله تمايلوا يمينا وشمالا كما تتمايل الشجرة بالريح العاصف إلى أمام ثم تراجع إلى وراء

Selepas Imam Ali ra. meninggal dunia, para penghuni Kufah mengatakan :

رحم الله عليا وقومه كانوا إذا ذكروا الله تمايلت أجسادهم كما تتمايل الأشجار من الريح العاصف

Suatu ketika Imam al-Junaid ra. ditanya tentang kaum sufi yang bergoyang sambil berzikir :

إن أقواما يتواجدون ويتمايلون ؟

Beliau lalu menjawab :

دعهم مع الله تعالى يفرحون !!

Satu pertanyaan terakhir: Tidakkah zikir semacam ini serupa dengan perbuatan orang-orang gila? Rasulullah saw. menjawab :

" أكثروا ذكر الله حتى يقولوا مجنون " وفي رواية : " اذكروا الله حتى يقال مجنون "

“Berzikirlah, sampai orang bilang: kamu dah gila” !!

Satu hal yang perlu dimaklumi, bahwasanya Hadrah hanya boleh dilakukan oleh kaum laki-laki, sedang kaum hawa tidak diperkenankan sama sekali, sebabnya wanita secara jasmani tidak pantes melakukannya, dan secara rohani pun wanita tidak membutuhkannya… Lebih-lebih ia tercipta dari yang hidup, sedang kaum lelaki tercipta dari yang mati… Siti Hawa’ tercipta dari Nabi Adam (yang hidup) sedang Nabi Adam sendiri tercipta dari tanah dan air (yang mati) !!
Top of Form


Bottom of Form

BDL Tgl. 20 Maret2013

Proses Daging Giling yang tidak sehat dan menjijikkan !!

Sungguh sangat kejam dalam memproses daging giling ( di Mc Donald US ) dan ini bagi umat Islam tentu sangat tidak dibolehkan untuk memakannya, karena syarat penyembelihannya tidak terpenuhi ( dalam Islam haruslah menyembelih hewan ternak dengan menyebutkan nama Allah sebelumya),  kemudian haruslah dibersihkan antara kulitnya dengan dagingnya, kemudian kotorannya dan juga darahnya harus tumpah/keluar terlebih dahulu dari bekas sembelihan hewan ternak tersebut. Jadi tidak seperti dalam tayangan Video ini dimana terlihat jelas kekejamannya dan sangatlah kotor dan menjijikkan, karena kulit hewan, kotoran hewan, juga darahnya menjadi satu digiling hidup-hidup, yang tentu saja sangat tidak sehat untuk dikonsumsi oleh manusia yang normal dan mengutamakan kebersihan dan kesehatan daging hewan.!!!